Minggu, 26 November 2017

PostHeaderIcon PERLAWANAN BUMI DATAR

VIVA – Ratusan orang berkumpul di Raleigh, North Carolina, Amerika Serikat pada awal pekan kedua November 2017. Ratusan orang tersebut menghadiri konferensi internasional pertama bumi datar di dunia, Flat Earth International Conference (FEIC).
Debut konferensi ini memang menyedot perhatian bagi pendukung bumi datar. Untuk mengikuti konferensi tersebut, tiap peserta harus membayar hampir Rp2 juta. Tiket konferensi tersebut laris manis, ratusan orang membayarnya demi debut konferensi bumi datar tersebut. Beberapa yang datang di konferensi itu adalah Mark Sargent, YouTuber bumi datar terkenal sampai Darryle Marble.
Konferensi yang diadakan di sebuah hotel ini melahirkan penguatan bagi kalangan pendukung bumi datar, untuk terus melawan klaim teori bumi bulat yang disampaikan ilmuwan sampai badan antariksa negara dunia. Pendukung bumi datar meyakini bumi bulat hanyalah konspirasi global, 'analisis menyesatkan' sampai tipuan kolaboratif.
Mark Sargent yang memiliki 40 ribu pengikut di saluran YouTube, mendesak agar teori bumi datar diberikan ruang dalam dunia pendidikan. Sargent meyakini, teori bumi datar adalah sahih dan sudah seharusnya masuk dalam kurikulum sekolah.
"Ilmu pengetahuan harus membahas ini (bumi datar) secara polos dan sederhana. Mereka tidak bisa menghindari itu. Kami terus mengampanyekan, meskipun konferensi berakhir," kata Sargent, dikutip dari Indy100.
Konferensi tersebut seakan menjadi penegas pendukung Bumi datar, bahwa perlawanan mereka atas teori ‘pemenang’ bumi bulat akan terus berlanjut, tidak akan berhenti.
Pertarungan teori bentuk bumi sejatinya sudah sengit sejak zaman kuno, dan terus bergulir sampai modern. Dalam catatan sejarah, sejak abad ke-6 SM, beberapa pemikir seperti Phytagoras Anaxagoras, Aristoteles, sampai Erathosthenes sudah mengamati benda langit dan mereka tegas mengatakan bumi bentuknya bulat, bukan datar.
Laman Stuff menuliskan, dalam catatan lain yang dituliskan oleh sejarawan Amerika Jeffrey Russell menyebutkan, sejak abad ke-3 SM dan seterusnya, orang berpendidikan dalam sejarah peradaban barat tidak ada yang mempercayai teori bumi itu datar.
Selanjutnya teori bumi bulat dari abad ke-5 sampai abad ke-15 diyakini nyaris semua ilmuwan.
Kemudian para ahli sejarah menuturkan, teori bumi datar mendapatkan popularitasnya pada 1870 dan 1920. Momentum yang membuat teori bumi datar muncul kembali adalah munculnya biografi penjelajah Eropa, Christopher Columbus. Dalam salah satu bab buku tersebut menunjukkan, salah satu tujuan pelayaran itu adalah untuk membuktikan kepada anggota pengadilan Spanyol soal pernyataan bentuk Bumi adalah datar ternyata terbantahkan. Misi Columbus itu membantah keyakinan anggota pengadilan spanyol bahwa bumi datar adalah salah.
Bicara gagasan bumi datar, dikutip Live Science, teori yang populer disampaikan yakni Bumi merupakan piringan dengan lingkaran Arktik dan Antartika di bagian tengah piringan tersebut. Sedangkan piringan Bumi dikelilingi dinding es.
Soal gravitasi bumi, menurut pendukung bumi datar, itu adalah iluasi. Mereka berpendapat benda tidak bisa mempercepat ke bawah. Sebagai ‘tandingannya’, pendukung bumi datar meyakini piringan bumi mengakselerasi ke atas pada kecepatan 9,8 meter per detik, dengan didorong kekuatan yang disebut energi gelap.
Kemudian keyakinan mereka dibungkus dengan teori konspirasi alias teori persekongkolan. Pendukung bumi datar percaya foto dan citra satelit adalah rekayasa komputer. Menurut mereka, motif merekayasa citra objek dari luar angkasa belum benar-benar bisa dipastikan. Namun dugaan kuatnya, rekayasa bumi bulat dan menyembunyikan informasi bumi datar adalah didorong faktor finansial.  Mereka yang terus melanggengkan bumi adalah bulat, akan keuntungan finansial.
Pendukung bumi datar meyakini, terus mengampanyekan bumi bulat menjadi akan efektif dibanding menjalankan misi ke luar angkasa yang butuh buaya banyak.
"Jadi mereka berada dalam keuntungan konspirasi dari pendanaan NASA dan badan antariksa lainnya yang didapatkan dari pemerintah," tulis Frequently Asked Question (FAQ) situs bumi datar.
Bukti ilmu pengetahuan yang menunjukkan bumi bentuknya bulat, tak menyurutkan gelombang kampanye bumi datar.

Makin populer karena internet
Dikutip dari The Verge, data Google Trends pencarian topik bumi datar belakangan makin naik, bahkan memuncak dibanding beberapa tahun lalu.
Dari data Google Trends, Indonesia masuk dalam negara yang punya ketertarikan dengan pencarian isu bumi datar. Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara yang paling mencari informasi bumi datar per Jumat malam, 13 Oktober 2017. Nomor wahid ditempati Amerika Serikat, diikuti Kanada, Estonia, Indonesia dan Selandia Baru.
Dalam penelusuran menggunakan CrowdTangle, tool pelacakan media sosial, beberapa artikel di laman berita yang mengulas bumi datar rata-rata mendapat klik lebih banyak dibanding dengan rata-rata artikel topik lainnya.

Popularitas topik bumi datar pada era digital saat ini tak lepas dari kehausan informasi warganet di internet.
Selain itu, penulis Conspiracy Theories: Secrets and Power in American Culture, Mark Fenster menjelaskan, tak terlepas dari ketertarikan orang dengan teori konspirasi. Gagasan bumi datar dikategorikan sebagai salah satu pembahasan teori konspirasi.
Fenster menuturkan, Amerika Serikat termasuk 'gila dengan teori konspirasi' sejak sebelum Perang Revolusi AS pada 1770-an sampai 1780-an. Fenster yang merupakan pakar transparansi pemerintahan pada sekolah hukum University of Florida, AS itu mengatakan, persentase orang AS yang meyakini teori konspirasi kematian Presiden JF Kennedy terus menerus tinggi dalam lima dekade. Dia menemukan keyakinan itu mencapai 60 sampai 80 persen dalam 50 tahun terakhir. Fenster mengatakan, orang menemukan 'ada kesenangan dan permainan dengan teori konspirasi'.
"Kita tak benar-benar mempercayainya, tapi kita tahu banyak tentang mereka (teori konspirasi). Tapi kita mungkin sedikit mempercayainya dan kita hanya bercanda dan bermain," ujarnya.

Faktor lainnya yang membuat bumi datar makin berkibar pada era internet, adalah diseminasi yang masif. Beredarnya ratusan meme yang membantah klaim bumi bulat turut menjadi pendongkrak.
Faktor lainnya, popularitas bumi datar juga karena banyak media internasional yang menurunkan artikel soal topik tersebut. Media seperti The Guardian, The Atlantic, Vice, dan Sports Illustrated menulis dan mengulas ide bumi datar tersebut.
Bumi datar juga banyak pendukung di Indonesia. Pertarungan wacana bumi datar bukan hanya seru di ranah online saja, tapi offline.
Pendukung bumi datar bahkan sampai adu teori dengan ilmuwan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Mereka menyambangi kantor pusat LAPAN di Jakarta Timur dan berdebat dengan Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, pada awal tahun ini.
Dalam beberapa kesempatan Thomas menilai gagasan bumi datar adalah fiksi sains dan cenderung tak berlandaskan basis ilmiah.
"Saya selalu jelaskan bahwa FE (Flat Earth)  bukanlah teori, tetapi sekadar pendapat sekelompok orang yang tidak punya landasan ilmiah. Kalau masih ada yang masih bersikukuh dengan FE, janganlah didebat, cukup dengarkan seperti kita mendengar dongeng khayalan sebelum bobo, semasa kecil dulu," ujar Thomas dalam blog pribadinya.

Kerangka berpikir yang berbeda antara pendukung bumi datar dengan ilmuwan, membuat kebuntuan. Pada Oktober lalu, LAPAN sudah tak mau meladeni diskusi dan perdebatan dengan pendukung bumi datar.
Kelompok pendukung bumi datar dinilai sudah tak bisa diajak berdiskusi ilmiah, mereka selalu kukuh mengedepankan pengetahuan bumi dengan berdasarkan dogma dan teori konspirasi.
Sikap ngotot pendukung bumi datar itu membuat Thomas membersihkan dan menghapus komentar kelompok tersebut dari grup Facebook. Selama berbulan-bulan, pendukung bumi datar meramaikan akun media sosial LAPAN dan menantang pembuktian teori bumi bulat.
"Mereka tidak paham dan tidak mau tahu fisika sehingga fenomena yang sederhana pun tidak bisa dipahami," ujar Thomas.

Dia menuturkan, karena pendukung bumi datar terus ngotot dan bersikukuh dengan keyakinan mereka, maka dibanding menguras energi, Thomas memutuskan mengakhiri interaksi dengan pendukung bumi datar.
"Karena mereka bukan pada posisi belajar, tetapi berpegang pada dogma, jadi diskusi tidak ada. Yang ada adalah sikap 'ngeyel' yang kontraproduktif," jelasnya.
Humas LAPAN, Christianus Dewanto menegaskan, fokus LAPAN adalah mengedukasi dan mencerdaskan publik dengan dalam kaidah ilmu pengetahuan. LAPAN menegaskan tidak membenci dan punya sentimen dengan kelompok tersebut.
"Kami tak ingin membodohi publik. LAPAN ingin cerdaskan publik. Kalau mereka ngotot ya silakan. Kalau kita tak ketemu (gagasan) terus bagaimana lagi. Fakta ilmiah memang bumi itu bulat," jelasnya.

 Sumber : http://www.viva.co.id/indepth/fokus/981262-perlawanan-bumi-datar

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Diberdayakan oleh Blogger.